DUMAI, (Indoviral.id) –
Kisah perjuangan perempuan dalam mendapatkan kesetaraan, bukan lagi tentang secarik cerita masa lampau yang diperingati setiap 21 April sebagai Hari Kartini. Semangat juangannya telah menjelma menjadi sebuah perjalanan baru, melahirkan sosok Kartini masa kini yang inspiratif dan berdedikasi, serta memberikan dampak nyata bagi kemajuan bangsa.
Lebih dari sekadar simbol emansipasi, Raden Ajeng Kartini telah menghidupkan semangat perjuangan dalam setiap langkah nyata perempuan Indonesia, menembus batasan, menepis stigma, dan menegaskan keberanian sebagai identitas. Bahkan dalam peran sebagai seorang ibu, perempuan tetap mampu melangkah maju, membuktikan bahwa ruang kontribusinya tak terbatas oleh waktu maupun peran sosial.
Tak lagi terbatas pada peran domestik, kini perempuan hadir sejajar di garis terdepan pembangunan industri nasional, termasuk di sektor strategis seperti minyak dan gas (migas) serta petrokimia—wilayah yang selama ini identik dengan dominasi laki-laki. Mereka menjadi penggerak energi bangsa dengan dedikasi dan kapabilitas yang tak kalah unggul.
Mereka adalah Perwira perempuan Pertamina—sosok-sosok tangguh yang hadir dengan tekad, ketekunan, dan inovasi dalam memberikan kontribusi nyata di balik keandalan operasional kilang serta kualitas produk-produk energi yang dihasilkan. Peran mereka menjadi bagian penting dari PT Kilang Pertamina Internasional Refinery Unit II Dumai (Kilang Dumai), salah satu unit pengolahan minyak milik Subholding PT Kilang Pertamina Internasional, anak perusahaan dari PT Pertamina (Persero).
“Menjadi ibu sekaligus perempuan bekerja tentu bukan hal yang mudah, namun bukan berarti tidak mungkin. Kuncinya adalah membangun support system yang kuat, agar saat kita harus meninggalkan anak-anak untuk bekerja, mereka tetap berada dalam kondisi terbaik, aman dan nyaman. Selesai bekerja, peran sebagai ibu kembali menanti: mengasuh, mendidik, dan memberikan yang terbaik bagi mereka,” ungkap Dian Yunita Sari, Senior Supervisor Gas, Research & Standard pada Bagian Laboratory PT KPI Kilang Dumai, sekaligus salah satu sosok Perwira perempuan Pertamina yang menginspirasi.
Dian meyakini bahwa Kartini masa kini merupakan perwujudan nyata dari semangat perjuangan R.A. Kartini dalam konteks yang lebih luas—lebih mandiri, kreatif, dan mampu memberikan dampak positif yang lebih besar bagi masyarakat. Perempuan kini telah berperan aktif di berbagai bidang, dengan ruang yang semakin terbuka untuk berkarya, berkontribusi, dan menginspirasi.
Dian, yang juga aktif dalam Pertiwi Pertamina—komunitas internal yang berfokus pada pemberdayaan perempuan dan peningkatan inklusivitas di lingkungan kerja—telah menjadi bagian dari Kartini penggerak energi di Pertamina selama 11 tahun terakhir. Dalam perjalanannya, ia secara konsisten menjalankan peran strategis dalam mendukung keandalan operasional kilang serta menjaga ketahanan energi nasional.
Dalam peran yang diembannya, Dian bertanggung jawab memastikan seluruh kebutuhan laboratorium Kilang Dumai—termasuk kesiapan peralatan dan kelengkapannya—selalu dalam kondisi andal dan optimal, guna menjamin hasil analisa yang valid, akurat, dan berkualitas.
Bagi Dian, menjadi bagian dari Kartini Pertamina bukan sekadar menjalankan tanggung jawab profesional, tetapi juga sebuah ruang untuk bertumbuh, mengembangkan potensi, dan mengekspresikan diri.
“Pertamina merupakan perusahaan yang memberikan ruang bagi setiap karyawannya untuk berekspresi dan berkarya sesuai passion masing-masing,” ungkapnya dengan penuh keyakinan.
Meski masih ada keraguan terhadap kehadiran dan peran perempuan di dunia profesional, Dian meyakini bahwa Kartini masa kini bukan lagi sekadar pelengkap. Perempuan telah mampu menunjukkan kapasitas dan kapabilitasnya sebagai pemimpin yang andal, kompetitif, dan berkontribusi nyata di berbagai sektor strategis, termasuk industri energi.
“Kartini masa kini telah
membuktikan bahwa perempuan mampu menjadi pelopor, pengusaha, bahkan pemimpin. Kuncinya terletak pada kemampuan membagi waktu dengan bijak. Kita bisa melihat sosok Ibu Nicke Widyawati di Pertamina sebagai contoh nyata—peran perempuan yang kuat, berpengaruh, dan diakui hingga tingkat global,” pungkasnya.
Dian juga menyampaikan pesan kepada seluruh perempuan Indonesia untuk senantiasa menyayangi diri sendiri dan tidak pernah berhenti mencari solusi atas setiap tantangan kehidupan, termasuk dalam perjalanan karier.
Senada dengan Dian, Agustin Wulandari, Analyst II Optimization Crude, Intermedia & Product pada Fungsi Refinery Business Optimization PT KPI Kilang Dumai, menegaskan bahwa menjalani dua peran sekaligus—sebagai ibu dan profesional—bukanlah hambatan untuk tetap berkarya dan berkontribusi di dunia kerja, khususnya di industri migas yang menjadi tulang punggung ketersediaan energi nasional.
“Tentu saya bekerja juga dengan dukungan dan izin suami. Kartini masa kini harus mampu multitasking—membagi waktu antara keluarga dan pekerjaan. Insyaallah, hal itu bukan sesuatu yang sulit, asalkan kita menyikapinya dengan bijak. Saat kembali ke rumah, perhatian utama kita harus sepenuhnya tercurah untuk anak-anak dan keluarga,” ungkapnya.
Bagi perempuan yang telah bergabung dengan Pertamina sejak 2015 ini, berbagai tantangan tidak menyurutkan semangatnya. Bekerja di lingkungan yang didominasi laki-laki justru menjadi motivasi untuk terus memberikan kontribusi terbaik dalam menjaga keandalan operasional Kilang Dumai serta memastikan ketersediaan energi bagi masyarakat.
“Ketika kita memilih untuk bekerja di lingkungan yang mayoritas diisi laki-laki, itu berarti kita sudah siap—siap secara kemampuan, mental, dan ketangguhan untuk menghadapi berbagai tantangan. Yang terpenting adalah bagaimana kita mampu beradaptasi, berkoordinasi, dan berkolaborasi secara baik dengan rekan kerja laki-laki agar bisa terus memberikan kontribusi terbaik,” jelasnya.
Mengutip semangat yang diwariskan oleh R.A. Kartini, “Habis Gelap Terbitlah Terang”, Wulan mengajak seluruh perempuan Indonesia—terutama generasi Z—untuk percaya diri dan meyakini potensi besar yang ada dalam diri mereka.
“Jangan pernah takut untuk menjadi diri sendiri, karena kita semua memiliki potensi untuk menjadi perempuan hebat yang mampu menyelesaikan setiap tantangan hidup. Ingatlah, kita lahir dari perjuangan perempuan kuat, dan kekuatan itu juga ada dalam diri kita,” tutup Wulan.
(ES)