Rencana Pembangunan Ulang SMKN 1 Setu Kab.Bekasi Berdampak Banjir Untuk Warga Sekitar

Uncategorized284 Dilihat

Jabar-Indoviral.id|

Rencana pembangunan ulang SMKN 1 Setu di Desa Burangkeng, Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi, berubah jadi mimpi buruk. Kawasan yang dulunya jadi daerah resapan air kini terendam banjir setiap hujan deras. Warga menduga proyek yang digarap PT Wika ini mengabaikan Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL), meski telah diizinkan pemerintah setempat.

Setelah Proyek ini disetujui oleh Pemerintah setempat yang diduga tidak memperhatikan Amdal, kini setiap Hujan Deras warga sekitar Jl. H. Damin Desa Burangkeng harus menerima dampaknya yaitu Jalan dan wilayah sekitar rumah penduduk di genangi oleh Banjir karena area yang semulanya diperuntukan sebagai Area resapan air telah disulap oleh Pemerintah setempat menjadi Proyek pembangunan ulang SMKN 1 Setu.

media Indoviral yang menerima keluhan warga langsung mendatangi lokasi dan melihat langsung Area yang terkena dampak banjir ketika hujan deras Tiba, bahkan Puskeswan Burangkeng yang dulunya Aktif membantu menangani Pasien hewan yang Sakit kini sudah tidak dapat beroperasi karena Air setinggi 75 cm membanjiri jalan masuk hingga ke dalam gedung Puskeswan Burangkeng tersebut.

Perlu kita ketahui bersama, AMDAL merupakan singkatan dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, yang mana semua aspek lingkungan beserta dampaknya wajib diperhatikan dan penting. Pembahasan mengenai AMDAL sudah tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986. AMDAL merupakan sebuah analisis terhadap dampak suatu kegiatan terhadap lingkungan hidup dan bumi di sekitarnya.

Pengabaian AMDAL dan kelonggaran izin menyebabkan dampak serius seperti kerusakan lingkungan, ketidakadilan sosial, rusaknya ekosistem alami, dan hilangnya kepercayaan publik. Tanpa penilaian lingkungan yang memadai, proyek pembangunan bisa menimbulkan konflik sosial, mengancam manfaat keberlanjutan, serta hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

Warga mendesak pemerintah setempat baik Kelurahan, Kecamatan, Koramil dan Dinas-dinas terkait mengkaji ulang proyek ini. “Kami tidak anti-pembangunan, tapi jangan sampai mengorbankan lingkungan. Kalau perlu, pindahkan lokasi sekolah ke tempat yang tidak mengganggu resapan air,” tegas salah satu warga yang tidak mau disebutkan Namanya. Sementara itu, hingga hari Jumat (11 April 2025) PT Wika dan pemerintah setempat belum memberikan tanggapan resmi. Warga berharap ada solusi konkret sebelum musim hujan kembali datang.
(Red)