Penolakan Warga Batu Beriga terhadap Tambang Laut, Prioritaskan Kelestarian Lingkungan

Nasional435 Dilihat

Bangka Tengah – Rencana penambangan timah di perairan Desa Batu Beriga, Kecamatan Lubuk Besar, Kabupaten Bangka Tengah, kembali menuai penolakan keras dari masyarakat. Pada Rabu (9/10/2024), ratusan warga yang mayoritas berprofesi sebagai nelayan melakukan aksi demonstrasi di depan Gedung Kesenian Desa Batu Beriga. Aksi ini merupakan wujud penolakan mereka terhadap rencana tambang laut yang akan digarap oleh mitra PT Timah Tbk di wilayah tersebut.

Warga menyuarakan kekhawatiran bahwa tambang timah di laut akan merusak ekosistem laut yang menjadi sumber utama penghidupan mereka. Aksi tersebut mendapat dukungan luas dari berbagai kalangan masyarakat yang bergantung pada laut sebagai mata pencaharian.

Nelayan Desa Batu Beriga khawatir bahwa penambangan laut akan membawa dampak buruk bagi lingkungan, seperti pencemaran laut dan kerusakan habitat ikan. Hal ini, menurut mereka, akan mengancam kelangsungan hidup dan pendapatan dari hasil laut yang selama ini menjadi tumpuan.

Kami hidup dari laut. Anak-anak kami bisa sekolah, kami bisa makan, semuanya berasal dari hasil tangkapan laut, bukan dari tambang,” kata seorang ibu nelayan dalam orasi yang viral di media sosial.

Kekhawatiran masyarakat tidak hanya menyangkut dampak jangka pendek, tetapi juga masa depan generasi penerus yang selama ini menggantungkan hidup pada laut. Mereka menilai jika tambang dibuka, tidak hanya sumber penghidupan yang terancam, tetapi juga warisan alam yang selama ini menjadi bagian integral dari kehidupan mereka.

Di tengah aksi, perwakilan PT Timah mencoba meredam ketegangan dengan menawarkan bantuan sembako kepada warga. Namun, upaya tersebut justru berbalik dan memicu reaksi penolakan yang lebih kuat dari masyarakat. Warga dengan tegas menolak bantuan tersebut, menyatakan bahwa mereka masih bisa bertahan hidup dari hasil laut tanpa perlu bantuan sembako.

Kami tidak butuh sembako. Kami butuh laut yang bersih untuk mencari nafkah. Bawa pulang saja sembakonya,” ujar salah satu warga dengan nada keras.

Penolakan ini memperlihatkan bahwa bagi warga Desa Batu Beriga, keberlanjutan lingkungan laut lebih penting dibandingkan bantuan material yang dianggap sebagai solusi sementara. Mereka berpendapat bahwa aktivitas tambang akan membawa dampak buruk yang lebih luas dan merusak keseimbangan ekosistem laut yang selama ini mereka jaga.

Menanggapi aksi protes warga, PT Timah melalui Departemen Corporate Communication, Anggi Siahaan, menyatakan bahwa rencana penambangan di perairan Batu Beriga telah mendapatkan izin resmi dari pemerintah. Anggi menegaskan bahwa kegiatan tersebut akan dilakukan sesuai dengan regulasi yang berlaku dan dijalankan secara transparan serta bertanggung jawab.

Kami memahami kekhawatiran masyarakat, tetapi kami berharap mereka dapat melihat manfaat jangka panjang dari aktivitas tambang ini. Selain mendukung pembangunan daerah, tambang ini juga akan menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar,” ujar Anggi dalam pernyataan resminya.

PT Timah juga menekankan pentingnya kolaborasi antara perusahaan, masyarakat, dan pemerintah dalam meminimalkan dampak lingkungan sekaligus memastikan keberlanjutan ekonomi. Anggi berharap dialog yang lebih intens dapat menjembatani perbedaan pandangan sehingga operasi tambang dapat berjalan tanpa konflik.

Meski PT Timah menawarkan berbagai manfaat ekonomi dan pembangunan, warga Desa Batu Beriga tetap bersikukuh pada pendirian mereka untuk menolak segala bentuk aktivitas tambang. Bagi mereka, kelestarian laut jauh lebih penting daripada potensi keuntungan ekonomi jangka pendek yang ditawarkan perusahaan tambang.

Kami sudah hidup di sini bertahun-tahun, dan laut adalah bagian dari hidup kami. Kami tidak akan membiarkan laut kami rusak hanya demi tambang,” tegas salah satu nelayan yang ikut dalam aksi protes.

Penolakan keras dari masyarakat Desa Batu Beriga bukanlah hal baru di Bangka Belitung. Aktivitas penambangan timah di daerah tersebut, baik di darat maupun di laut, telah lama menjadi sumber perdebatan. Meskipun industri timah memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian daerah, dampak ekologis dan sosial yang ditimbulkan sering kali menjadi isu yang memicu konflik.

Kasus Desa Batu Beriga mencerminkan tantangan besar dalam menyeimbangkan pembangunan ekonomi dengan kelestarian lingkungan. Di satu sisi, penambangan timah merupakan bagian dari upaya pembangunan ekonomi nasional. Namun, di sisi lain, masyarakat yang menggantungkan hidup pada sumber daya alam, seperti nelayan, merasa bahwa tambang merupakan ancaman langsung terhadap keberlanjutan mata pencaharian mereka.

Sampai saat ini, belum ada kesepakatan antara masyarakat dan PT Timah. Warga tetap kukuh menolak tambang, sementara PT Timah masih berupaya melakukan pendekatan agar operasi tambang bisa dilaksanakan sesuai rencana.

Ketegangan antara kedua pihak terus berlangsung, memperlihatkan bahwa isu tambang laut ini akan menjadi ujian besar bagi pemerintah dan para pemangku kepentingan lainnya dalam mencari solusi yang adil dan berkelanjutan bagi semua pihak.